June 1, 2008

Li Yen


Rating:★★★★
Category:Restaurants
Cuisine: Chinese
Location:Jl. Asemka Raya No. 168A, Kota, Jakarta Barat 11110. Phone: (021) 6930108, 6930208 / Fax. (021) 6930189

Berbasis referensi dari buku Kuliner Jalan Sutra edisi #2 (Pesta Bebek) yang mengatakan bahwa bebek panggangnya mengalahkan bebek panggang Imperial Chef / Duck King, ahem… Maka berangkatlah saya untuk mencari pembuktian. Sebelumnya, saya dan Brutus memang sempat memasukkan nama Li Yen dalam list “Kapan-Kapan” kami. Dan ini hanya karena tergiur penampakan sederet bebek panggang yang terpampang di etalase depan Li Yen. Akhirnya, selalu saja terlewatkan. Bagaimana tidak? Di daerah Gloria Glodok sana, banyak juga “godaan” lain.

Memasuki pintu, kami disambut oleh seorang waiter dan seorang lagi waitress. Waitress inilah yang lantas menuntun kami ke meja. Meja bundar dengan tamplak plastik warna merah jambu. Chinese banget. Mengingatkan saya pada dekorasi RM Halim atau RM Adam di Surabaya, langganan almarhum Kakek saya semasa hidupnya. Nuansanya kurang lebih sama. Di sini, malah ada pula TV yang memasang DVD karaoke lagu Tionghoa. Pol.

¼ Bebek Panggang (55K)
Tadinya kami mau memesan setengah ekor. Tapi si ibu waitress ini malah menyarankan untuk memesan ¼ ekor saja. Cukup untuk 2 orang, ujarnya. “Hm, okelah,” pikir saya, “Sebagai kunjungan perdana, mari menjadikan kunjungan kali ini sebagai acara mencicipi. Artinya; pesan menu lain juga untuk dicoba.” Bebek panggang datang paling awal setelah pickles, kacang telur dan sambal – tentunya. Saya baru ingat, “Damn. Lupa, harusnya tadi bilang kalau mau pesan bagian dada.” Datangnya paha. Saya lebih menyukai bebek bagian dada. Dagingnya lebih tebal, teksturnya juga tidak alot seperti pada bagian paha. Lapisan lemak di bawah kulitnya juga cenderung lebih sedikit dan tipis. Tapi ternyata, Bebek Panggang yang datang ini, walaupun bagian paha, tapi sama sekali tidak alot. Lapisan lemak di bawah kulit pun tipis. Dan yang paling nendang adalah ketika saya merasakan daging bebeknya yang sangat moist. Lembut sekali. Melumer di lidah saya dengan sempurna. Condiment yang mereka provide, adalah dipping sauce berwarna putih butek dengan citarasa asam dan sedikit pedas. Saya lantas meminta tambahan hoisin sauce. Bukan, bukan buat saya. Melainkan buat Brutus. He really likes to dip the duck meat to this brown coloured sauce. Saya sendiri, lebih senang merasakan versi original-nya. Hm. Akhirnya, saya pun berani ikut menobatkan Bebek Panggang Li Yen sebagai "The Best Roast Duck In Town".

Udang Kecil Telur Asin – Uk. S (66K)
Datang dalam porsi yang terhitung besar, ternyata udangnya pun nggak sekecil yang saya pikir sebelumnya. They’re quite big, actually. Crispy sekali, dan dibalut oleh adonan telur asin yang melimpah, rasanya memang juara banget. Kulit udang yang tidak dikupas sama sekali, membuat aroma udang tetap kuat sehingga tidak terkalahkan oleh kuatnya rasa merah telur asin. Tapi tentu saja, cukup merepotkan karena harus mengupasnya lagi. Enak. Tapi, maaf, masih belum bisa mengalahkan sang juara, Udang Telur Asin di Din Tai Fung.

Nasi Goreng Yang Chou – Uk. S (40K)
Porsi ukuran small ini juga terhitung besar. Owkay. Saya jadi menyimpulkan bahwa size small di Li Yen berarti bisa untuk 3 orang. Nasi Goreng Yang Chow ini hadir dengan perbandingan nasi dan isinya yaitu 1:1. Udang, babi dan kacang polongnya banyak sekali. Rasanya pun enak. Standar nasi goreng Chinese; tidak terlalu banyak bumbu. Hasilnya? Tidak memberatkan mulut ketika harus dipadukan dengan sejumlah lauk lainnya.

Pickle (6K)
Nah, ini dia yang tadi hadir duluan; acar timur, kacang telur dan sambal. Ternyata ditagih juga, walaupun yang kami makan hanya kacang telurnya.


ADE-licious-o-meter (from 0 to 5 level):
Taste: 9 of 10
Food Presentation: 8 of 10
Service: 8.5 of 10
Hygienic Level: 9 of 10

Selain pickles, kami juga dibebani 10% tax. That’s all. Will we ever come back here again? Definitely. Bebek lagi, bebek lagi!



*List “Kapan-Kapan”: Setiap kali kami melewati suatu tempat yang tempting, saya akan berujar, “Kapan-kapan makan di situ yuk!”. Tapi, saya tidak pernah mencatatnya. Dan saya adalah satu dari 100 Orang Paling Pelupa Di Dunia. Walhasil, saya selalu lupa, “Apa saja ya yang ada di list kapan-kapan itu?”

2 comments:

eiko loveless said...

Masa sih lebih enak dr imperial kitchen?imperial kitchen yg di EX lantai bawah pojok sebelah gloria jean kan?

Ade Putri Paramadita said...

Imperial Chef itu ada di Jl. Hayam Wuruk. Satu management dengan Duck King. Bedanya, di Imperial Chef, mereka serve pork.

Kalau yang di EX itu namanya Imperial Treasure Kitchen dong. Sarupo tapi tak samo.